Kamis, 18 April 2013


TEKNOLOGI PEMBUATAN BIOPLASTIK
DARI PATI UBI JALAR



Latar Belakang Masalah
Penggunaan plastik telah meluas hampir ke seluruh bidang kehidupan. Berbagai produk dan peralatan dihasilkan dari bahan ini karena dinilai lebih ekonomis, tidak mudah pecah, fleksibel, dan ringan. Salah satu contoh produk berbahan plastik yang paling sering dipakai oleh masyarakat adalah kantong plastik.
Berbagai cara telah ditempuh untuk mengurangi dampak dari penggunaan produk berbahan dasar plastik. Salah satunya dengan menimbun sampah plastik, namun cara ini akan menimbulkan masalah berupa pencemaran tanah. Cara lain yakni dengan melakukan program 3R (reduce, re-use, dan recycle). Program ini memerlukan sedikit kreatifitas terutama dalam hal recycle (daur ulang). Plastik yang mengalami daur ulang pun juga harus bersih sehingga pemisahan sampah diperlukan, seperti yang telah dilakukan di negara maju seperti Australia, Canada, dan negara-negara Eropa (Rukaesih Ahmad, 2004).
Plastik yang selama ini dipakai berasal dari minyak bumi, gas alam, dan batu bara. Bahan dasar tersebut mulai mengalami pengurangan di alam serta tidak bisa diperbarui (Yuli Darni, 2008). Penggantian minyak bumi sebagai bahan baku pembuatan plastik telah dilakukan dengan menggunakan bahan yang mudah didapat, berasal dari alam, dan mudah terdegradasi. Negara maju seperti Amerika Serikat telah mengembangkan polimer dengan bahan yang bersifat terbarui. Polimer yang dikembangkan dari tanaman berupa pati, selulosa, lignin, dari mikroorganisme dalam bentuk PLA (polylactic acid), dan dari hewan dalam bentuk kitin, kitosan, kasein, gelatin (Phil S. dan Stephen W., 2008).
Solusi lain dalam pemecahan masalah ini adalah dengan mengganti bahan dasar konvensional tersebut menjadi bahan yang mudah diuraikan oleh pengurai, yang disebut dengan plastik biodegradabel (bioplastik). Keuntungan dari bioplastik ini sangat jelas, yaitu mengurangi limbah plastik yang semakin lama jumlahnya semakin banyak. Bioplastik dirancang untuk memudahkan proses degradasi terhadap reaksi enzimatis mikroorganisme seperti bakteri dan jamur (Avella, 2009). Salah satu bahan yang mudah diuraikan adalah pati. Pati menjadi material yang menjanjikan untuk bahan plastik karena sifatnya yang universal, dapat diperbaharui dan harga terjangkau. Selain itu terda[at juga penguat alami, selulosa dengan keungulan sebagai material organik yang sangat melimpah pada lapisan biosfer dan merupakan material yang kuat. Dengan melakukan variasi penguat tersebut diharapkan akan diperoleh biokomposit yang mempunyai sifat mekanik, morfologi dan biodegradibilitas yang optimal.

Sejarah Perkembangan Plastik
Penemuan dan pembuatan plastik, pertama kali dilaporkan oleh Dr.Montgomerie pada tahun 1843, yaitu oleh penduduk Malaya dengan cara memanaskan getah karet kemudian dibentuk dengan tangan dan dijadikan sebagai gagang pisau. Pada tahun 1845 J.Peluoze berhasil mensintesa sululosa nitrat. Cetakan bahan plastik yang pertama, dipatenkan oleh J.L.Baldwin pada tangal 11 Februari 1862 yang disebut dengan molds for making daguerreotype cases. Cetakan ini kemudian digunakan secara luas untuk membentuk bahan-bahan plastik yang terdiri dari campuran getah karet dengan berbagai bahan pengisi, humektan dan pemplastik.
Penemuan selulosa nitrat atau seluloid pertama kali dilakukan oleh Dr.John Wesley Hyatt dari New York yaitu untuk menggantikan bola bilyard yang sebelumnya terbuat dari gading. Seluloid digunakan juga untuk mainan anak-anak, pakaian, cat dan vernis, serta film untuk foto.
Tahun 1920 Dr.Leo Hendrik Baekeland (Belgia) menemukan reaksi antara fenol dan formaldehida yang menghasilkan bakelite, dan penemuan ini dianggap sebagai awal industri plastik. Berbagai jenis bahan kemasan plastik baru bermunculan sesudah perang dunia kedua usai. Penemuan jenis-jenis plastik diantaranya adalah :
- Polystirene (mudah remuk) tahun 1830
- Vinil Chlorida tahun 1835
- Polyvinil chlorida tahun 1872
- Karet sintesis (metil butadiena) tahun 1915
- Neoprene tahun 1931
- Polyethylene tahun 1933
- Butadiena-styrene tahun 1933
- Karet-hidroklorida tahun 1934
- Polystirene yang ditambah dengan karet sehingga lebih kuat pada tahun 1950
- Polyprophylene tahun 1954
Plastik Biodegradabel (Bioplastik)
            Bioplastik adalah polimer yang dapat berubah menjadi biomassa, H2O, CO2 dan atau CH4 melalui tahapan depolimerisasi dan mineralisasi. Bioplastik merupakan suatu material polimer yang berubah ke dalam senyawa berat molekul rendah dimana paling sedikit satu tahap pada proses degradasinya melalui metabolisme organisme secara alami (Seal & Griffin, 1994). Bioplastik akan terurai oleh aktivitas pengurai melalui proses biodegradasi.
Prosedur Pembuatan Bioplastik
1.    Ekstraksi Pati
-          Mengupas kulit ubi jalar, kemudian mencuci bagian daging ubi jalarnya
-          Memarut daging ubi jalar hingga halus
-          Menambahkan air pada bahan yang sudah diparut dengan perbandingan 1kg bahan : 2 liter air
-          Melakukan penyaringan menggunakan kain saring sampai diperoleh ampas dan cairan (suspensi oati)
-          Mengekstraksi kembali ampas yang diperoleh dari proses penyaringan dengan penambahan air (1 kg ampas : 2 liter air), kemudian menyaring kembali untuk mendapatkan pati
-          Mencampurkan cairan pati yang diperoleh dari penyaringan pertama dan kedua dan mengendapkannya selama 1 jam, kemudian air hasil pengendapan dibuang sehingga diperoleh pati basah
-          Mengeringkan pati basah sampai diperoleh produk yang kering
-          Setelah pati disiapkan, selanjutnya adalah pembuatan bioplastik

2.    Pembuatan Bioplastik dengan Konsentrasi Penguat Selulosa
-          Mencampurkan 25% gliserol wt (dari 5 gram pati) dengan selulosa yang massanya 3% wt (dari 5 gram pati) dan 100 ml aquadest
-          Memasukkan campuran ke dalam ultrasonic processor selama 50 menit
-          Menambahkan matriks pati ubi alar sebanyak 5 gram, lalu memanaskan pada suhu 80-900C dan melakukan pengadukan menggunakan stirrer dengan waktu 40 menit
-          Menuangkan campuran yang telah diaduk pada cetakan flexi glass ukuran 20x20 cm
-          Mengeringkan campuran dalam oven dengan suhu 40-500C selama 5-6 jam
-          Mengeluarkan campuran dari oven, kemudian membiarkannya pada suhu kamar hingga campuran dapat dilepaskan dari cetakan

Sumber referensi :
Marbun, E. 2012. Sintesis Bioplastik dari Pati Ubi Jalar Menggunakan Penguat Logam ZnOdan Penguat Alami Selulosa. UI Press. Depok.

Senin, 07 Januari 2013

POTENSI PARIWISATA SEBAGAI SALAH SATU UPAYA PENGEMBANGAN WILAYAH KOTA MEDAN


BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Kota Medan merupakan pusat pemerintahan Daerah Tingkat I Sumatera Utara yang berbatasan langsung dengan Kabupaten Deli Serdang di sebelah utara, selatan, barat dan timur. Sebagian besar wilayah Kota Medan merupakan dataran rendah yang merupakan tempat pertemuan dua sungai penting, yaitu Sungai Babura  dan Sungai Deli.
Kota Medan secara geografis terletak di antara 2 27'-2 47' Lintang Utara dan 98 35'-98 44' Bujur Timur. Posisi Kota Medan ada di bagian Utara Propinsi Sumatera Utara dengan topografi miring ke arah Utara dan berada pada ketinggian tempat 2,5-37,5 m di atas permukaan laut. Luas wilayah Kota Medan adalah 265,10 km2 secara administratif terdiri dari 21 Kecamatan dan 151 Kelurahan dengan jumlah penduduk 1.899.327 jiwa.
Perekonomian Kota Medan tahun 2000 didominasi oleh kegiatan perdagangan, hotel dan restoran (35,02%), yang disusul oleh sektor industri pengolahan sebesar 19,70%. Dari besaran nilai kedua sektor tersebut maka dapat dikatakan bahwa potensi unggulan yang paling mungkin berkembang di Kota Medan adalah sektor perdagangan dan industri. Seperti diketahui, dengan status Medan sebagai salah satu kota terbesar di Indonesia maka wajar bila arahan pembangunan kota lebih menitikberatkan pada kedua sektor tersebut, apalagi dengan didukung oleh sarana dan prasarana yang ada.
Berbagai Macam Potensi Pendukung Bidang Usaha Potensial di Kota Medan adalah :
1.      Perdagangan, Hotel dan Restoran
Sebagai daerah yang berada pada pinggiran jalur pelayaran Selat Malaka, Kota Medan sebagai ibukota Provinsi Sumatera Utara memiliki posisi strategis. Kota ini menjadi pintu bagi arus penumpang dan juga perdagangan barang dan jasa, baik perdagangan domestik maupun luar negeri. Bagi Kota Medan, kegiatan perdagangan bersama aktivitas hotel dan restoran menjadi motor penggerak roda perekonomian kota.

2.      Pelabuhan Laut Belawan
Pelabuhan laut berperan penting dalam mendorong pertumbuhan perekonomian di suatu wilayah. Pelabuhan laut yang menjadi andalan Kota Medan adalah Pelabuhan Belawan yang berjarak 26 km dari pusat kota. Pelabuhan ini tidak hanya berperan penting bagi perekonomian Kota Medan, namun juga bagi Provinsi Sumatera Utara. Kegiatan ekspor dan impor Kabupaten/Kota lain dilakukan di pelabuhan ini yang dapat dilihat dari aktivitas bongkar muat barang setiap harinya. Sampai saat ini Pelabuhan Belawan telah memiliki fasilitas pelabuhan penumpang dan barang termasuk terminal peti kemas. Kecenderungan berkembangnya jasa transportasi lewat laut ini memerlukan suatu fasilitas tambahan yang lebih memadai. Terbatasnya daya tampung barang di pelabuhan menuntut suatu pembangunan fasilitas dengan lokasi yang dekat dengan pelabuhan tetapi memadai. Sesuai dengan arahan perkembangan Kota Medan pada masa mendatang perlu dilakukan investasi pada bidang usaha peti kemas dan pergudangan tersebut.

3.      Bandara Polonia
Bandara Polonia yang terletak di ibukota Provinsi Sumatera Utara yang satu-satunya merupakan Bandara Internasional di Pulau Sumatera yang dilengkapi dengan fasilitas operasional yang cukup baik sehingga pesawat berbadan lebar seperti Boeing 747 dapat mendarat. Bandara Polonia selain menunjang transportasi Internasional juga mempunyai peran yang sangat tinggi melayani transportasi nasional dan regional sehingga keberadaan Bandara Polonia dapat menunjang kegiatan perekonomian di wilayah Bagian Barat Indonesia maupun ke luar negeri khususnya dalam rangka menunjang kerjasama ekonomi sub Regional IMT-GT.

4.      Hasil Industri Kecil
Terdapat sepuluh produk yang dijadikan andalan Kota Medan bila dilihat dari segi pasarnya. Komoditi unggulan ini termasuk produk konsumsi sederhana, inisialnya perabot rumah tangga dari kayu, anyaman rotan, alas kaki dan barang hasil konveksi. Adapun komoditi unggulan dar iindustri kecil makanan inisialnya kopi olahan, sirup markisa, bika ambon dan kerupuk ubi. Salah satu produk makanan ini, bika ambon telah menjadi buah tangan yang khas untuk dibawa bagi yang berkunjung ke Kota Medan.

5.      Pengembangan Kawasan Industri
Kota Medan merupakan kota ketiga terbesar di Indonesia, maka seperti kota besar pada umumnya, Medan memiliki kawasan industri. Untuk mengantisipasi perkembangan industri dan kebutuhan lokasi berusaha yang lebih besar, pemerintah kota menyediakan Kawasan Industri Baru (KIB), yang terletak di Kecamatan Medan Labuhan dengan lahan yang disediakan 650 Ha, dan masih bisa dikembangkan menjadi 1000 Ha. Untuk kegiatan industri kecilpun tersedia Perkampungan Industri Kecil (PIK) yang terletak di Kecamatan Medan Denai. Ada satu kawasan industri di Medan yaitu Kawasan Industri Medan (KIM) dekat Pelabuhan Belawan. KIM memiliki luas lahan 514 Ha dan disediakan fasilitas listrik 120 MW. Saat ini terdapat 86 perusahaan swasta nasional yang menempati lokasi tersebut berdampingan dengan 17 perusahaan asing. Dan Kota Medan dinilai sebagai kota yang aman untuk berinvestasi di Indonesia.

6.      Pariwisata
Di luar potensi bisnisnya, Kota Medan sangatlah layak menjadi tujuan wisata. Selain untuk mengunjungi lokasi seperti Danau Toba atau Berastagi yang sejuk, Kota Medan sendiri sarat dengan objek wisata. Tujuan wisata di Kota Medan diantarnya adalah Taman Buaya di kawasan Sunggal, berisikan 3000 ekor buaya aneka jenis. Namun wisata yang paling menarik di Kota Medan adalah bangunan tuanya yang dibangun dari pertengahan abad XX di Medan. Dan sebagian besar bangunan tua itu masih ada sampai kini, indah dan memberi gambaran utuh pada Kota Medan masa lalu.


Permasalahan
Kota Medan merupakan salah satu kota yang memiliki tempat-tempat wisata yang menarik untuk dikunjungi. Tempat-tempat bersejarah, bangunan-bangunan tua, museum, tempat ibadah, wisata jajanan, danau buatan dan sebagainya dapat dinikmati oleh setiap pengunjung yang datang. Namun, potensi wisata tersebut belum memiliki dampak yang begitu besar bagi pendapatan asli daerah. Hal ini terjadi dikarenakan oleh banyaknya tempat pariwisata yang belum dikelola dengan baik dan terorganisir oleh pemerintah kota.

Tujuan
            Tujan penulisan paper yang mengangkat permasalahan potensi pariwisata di kota Medan adalah:
1.   Bagi Pemerintah Kota Medan merupakan sebagai bahan informasi dan pertimbangan untuk perencanaan pengembangan pariwisata di Kota Medan.
2.   Bagi pembaca merupakan penambahan informasi mengenai potensi pariwisata di kota Medan yang tidak kalah menarik untuk dikunjungi.
3.   Sebagai bahan masukan bagi peneliti lain yang terkait dengan pembangunan dan perencanaan ekonomi daerah.


BAB II
POTENSI

            Pariwisata adalah suatu aset daerah pada khususnya dan bagi negara pada umumnya memiliki sumber pnghasilan yang sangat besar dibanding dengan sektor sektor lainnya. Namun, kita tidak pernah tahu sejauh mana kepedulian kita terhadap dunia pariwisata Sumatera Utara khususnya. Sumatera utara pada dasarnya banyak menyimpan potensi dan juga kesempatan untuk bisa  bersaing dengan daerah lainnya yang ada diseluruh Indonesia. Namun, kita melihat masih banyak tempat pariwisata yang belum dikelola dengan baik dan terorganisir oleh pemerintah daerahnya sendiri. Devisa yang dapat dihasilkan  dari sektor pariwisata itu sendiri jauh lebih besar dibanding dengan yang lainnya jika benar benar dikelola dengan baik.
            Sumatera utara sendiri memiliki banyak tempat objek wisata yang bisa dinikmati oleh wisman dan juga para wisatawan manca negara. Kota Medan banyak menyimpan tempat tempat bersejarah merupakan aset dari para nenek moyang daerah sumatera utara yang dapat dijadikan aset pendapatan asli daerah sumatera utara. Kita juga dapat menyaksikan megahnya Istana Mimun dengan singgahsananya dan juga Mesjid Raya Medan yang agung akan kubah dan ceritanya yang meriwayatkan cerita para pemuka pemuka terkenal asal daerah sumatera utara. Hal itu semua dapat memberikan nilai masuk bagi dunia pariwisata  sumut. Devisa yang dihasilkan oleh dunia pariwisata sumatera utara sebenarnya lebih besar bila benar benar di kelola oleh tangan tangan ahli dibidangnya. namun, para petinggi sumatera utara sendiri kurang memperhatikan akan keberadaan tersebut sehingga agak mengurangi pendapatan daerah Sumatera Utara.


Berikut beberapa tempat pariwisata di Medan :
1.   


Istana Maimun


















 
2. Guru Patimpus














3.      Tjong A Fie













4.      Kantor Pos Medan









5.      Mesjid Raya

6.     


Gereja Lama

 











7.      Vihara Gunung Timur


























8.      Klenteng Hindu Shri Marimman




















9. Lonsum











10.  Museum Bukit Barisan



 








11.  Tugu Jendral Ahmad Yani



 





12.  Museum Sumatera Utara



 










 
13.  Taman buaya












 

14.  Kebun Binatang



15.  Danau Siombak



 








16.  Merdeka Walk










 


17.  Taman Sri Deli









 





18.  Graha Bunda Maria Annai Velangkanni










BAB III
ANALISIS PENGEMBANGAN WILAYAH

            Provinsi Sumatera Utara yang terletak di kawasan Utara Bumi Nusantara ini merupakan salah satu pintu gerbang masuknya wisatawan mencanegara ke Indonesia, termasuk salah satu daerah tujuan wisata Nasional kita. Dalam pengembangan pariwisata daerah, pandangan pariwisata dilakukan sejalan dengan program pengembangan dari berbagai macam industri pariwisata, sehingga tidak hanya industri dalam skala kecil dan menengah saja tetapi juga industri pariwisata dalam skala besar akan dapat memperoleh manfaat.
            Keadaan alam dengan flora dan faunanya yang indah didukung oleh banyaknya peninggalan sejarah dan budaya serta aneka budaya yang ada merupakan modal yang cukup untuk dijadikan objek dan daya tarik wisata dalam menunjang pengembangan industri pariwisata di Indonesia, khususnya Sumatera Utara.
            Kota Medan memiliki Bandar udara Polonia dan Pelabuhan laut Belawan yang merupakan pintu utama masuknya wisatawan mancanegara yang datang melalui laut maupun udara untuk mengunjungi tempat-tempat tujuan wisata yang ada di berbagai wilayah Sumatera Utara. Objek dan daya tarik yang ada di Medan sangat banyak sekali, seperti Istana Maimun, Penakaran Buaya Asam Kumbang, Mesjid Raya, Museum Rahmat Syah yang bertempat di kota Medan. Objek wisata di kota Medan mendapat respon yang sangat sedikit, terutama pada masyarakat lokal.
            Jika dilihat dari teori basis-nonbasis maka sektor pariwisata di kota Medan termasuk dalam teori non basis. Kegiatan non basis adalah kegiatan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat di daerah itu sendiri. Oleh karena itu, pertumbuhannya tergantung kepada kondisi umum perekonomian wilayah tersebut. Artinya, sektor ini bersifat  endogenous (tidak bebas  tumbuh). Pertumbuhannya tergantung kepada kondisi perekonomian wilayah secara  keseluruhan. Untuk menganalisis basis ekonomi suatu wilayah, salah satu teknik yang lazim digunakan adalah kuosien lokasi (Location Quotient, LQ). Location Quotient digunakan untuk mengetahui seberapa besar tingkat spesialisasi sektor-sektor basis atau unggulan (leading sektors). Dalam teknik LQ berbagai peubah (faktor) dapat digunakan sebagai indikator pertumbuhan wilayah, misalnya kesempatan kerja (tenaga kerja) dan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) suatu wilayah. LQ>1 artinya peranan sektor tersebut di daerah itu lebih menonjol daripada peranan sektor itu secara nasional. Sedangkan LQ<1 artinya peranan sektor itu di daerah tersebut lebih kecil daripada peranan sektor tersebut secara nasional. Untuk membuat perencanaan pengembangan wilayah kota Medan dari sektor pariwisata, maka perlu diperhatikan teori lokasi dan teori basis ekonomi.


BAB IV
KENDALA DAN TANTANGAN

Kendala
            Kendala-kendala yang dihadapi dalam mengembangkan pariwisata di kota Medan adalah lemahnya promosi dan belum memadainya ragam, mutu objek dan daya tarik wisata, infrastruktur dan SDM yang belum memadai serta sarana dan prasarana pendukung yang ada. Hal ini disebabkan oleh kurangnya perhatian pemerintah kota terhadap potensi yang dapat dikembangkan dari tempat-tempat wisata tersebut. Pemerintah hanya memaksimalkan perhatian pada sektor industri sehingga akhirnya sektor pariwisata yang juga memiliki nilai lebih menjadi tertinggal jauh.

Tantangan
Yang menjadi tantangan dalam pengembangan potensi pariwisata ini adalah meningkatkan pariwisata menjadi sektor andalan, meningkatkan daya saing objek dan daya tarik wisata agar mampu menarik kunjungan wisatawan sebanyak mungkin.


BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan
            Kota Medan memiliki banyak sumberdaya yang dapat digunakan untuk mengembangkan kota Medan, seperti potensi perdagangan, hotel, restoran, industri, pelabuhan, pariwisata dan sebagainya. Medan terkenal dengan banyaknya kawasan industri, hotel dan restoran. Sebenarnya Medan juga memiliki aset lain yang tidak kalah menarik yang dapat digunakan sebagai sumber pendapatan asli daerah, yaitu aset pariwisatanya. Di Medan ada banyak sekali bangunan-bangunan bersejarah yang dapat digunakan sebagai tempat wisata. Namun devisa dari sektor pariwisata di kota Medan ini belum begitu terwujud. Hal ini disebabkan karena kurangnya perhatian pemerintah kota dalam memajukan pariwisata di kota Medan. Pemerintah hanya memusatkan perhatian pada sektor industri.

Saran
               Untuk mewujudkan potensi wisata yang ada di Medan sebagai salah satu potensi pengembangan kota Medan maka diperlukan dukungan dari berbagai pihak, baik seluruh lapisan masyarakat maupun pemerintah kota. Demi terwujudnya pariwisata di kota Medan maka sebaiknya perlu lebih diperhatikan lagi mengenai promosi tempat wisata, akses menuju tempat wisata, serta sarana dan prasarana yang memadai di tempat wisata.

  

DAFTAR PUSTAKA

Agusriani, R. 2010. Peranan Masyarakat Lokal Terhadap Perkembangan Objek Wisata di Kota Medan. Usu Press. Medan.

Pemko Medan. 2005. Berita Medan. Diakses Dari : http://www.pemkomedan.go.id/     Diakses pada: [6 Januari 2013][23.15 WIB].